Wenger, Guardiola, dan Masa Lalu yang Tidak Terjadi
Arsene Wenger dan Pep Guardiola adalah dua orang yang akan saling bertemu dalam partai final Piala Liga Inggris 2017/18 yang dihelat di Stadion Wembley, Minggu (25/2/2018) malam WIB. Di balik persaingan mereka, keduanya ternyata hampir menjalin kerja sama di masa lampau.
Manchester City dan Arsenal akan saling bersua di Wembley demi trofi pertama pada musim 2017/18 ini. Pep, selaku manajer City, tentu menginginkan trofi Piala Liga Inggris musim 2017/18 sebagai trofi pertama, setelah pada musim 2016/17 dirinya sama sekali tak dapat menyumbangkan trofi bagi The Citizens.Di sisi lain, Arsene Wenger juga kemungkinan besar tidak akan melewatkan kesempatan untuk meraih salah satu dari dua trofi yang bisa mereka dapat pada musim 2017/18 ini (satu lagi Liga Europa). Gagal total di ajang Piala FA dan tertutupnya peluang untuk menjadi juara Premier League membuat manajer asal Prancis itu tentu akan memaksimalkan sumber daya yang ada agar Arsenal dapat meraih trofi Piala Liga Inggris.
Namun, di balik pertemuan keduanya yang mungkin akan sedikit intens minggu depan--setelah final Piala Liga, keduanya akan bertemu juga di ajang Premier League--, ada sebuah sejarah menarik yang bisa menjadi bumbu pertemuan Arsenal dan City. Wenger mengaku bahwa dahulu, Pep sempat akan bergabung dengan Arsenal, saat pria asal Spanyol itu masih berstatus sebagai pemain.
Cerita dimulai pada 2001, ketika Guardiola sudah tidak memiliki klub karena keputusannya meninggalkan Barcelona. Wenger mengungkapkan saat itu Pep mendatangi rumahnya untuk membicarakan kemungkinan pindah ke Arsenal. Meski memuji Pep, Wenger mengatakan bahwa ada alasan kenapa dirinya urung merekrut Pep saat itu.
"Dia sudah melewati puncak kariernya ketika itu (saat membicarakan kemungkinan pindah ke Arsenal). Dia sudah berusia 30 tahun. Lagi pula, saya punya banyak pemain berkualitas di posisi gelandang. Tapi saya juga memuji kualitas yang dimiliki Pep. Pengambilan keputusan, distribusi bola apik, dan permainan umpan yang cepat, semua sesuai dengan DNA kami," ujar Wenger dilansir ESPNFC.
Keduanya urung bekerja sama di Arsenal, dan selepas pensiun sebagai pemain, Guardiola meneruskan karier sebagai manajer. Selama menjadi manajer, baik itu di Barcelona maupun Bayern Muenchen, Pep bergelimang prestasi. Tiga gelar La Liga, dua gelar Liga Champions, serta tiga gelar Bundesliga adalah sebagian dari raihan yang dia catatkan selama menjadi manajer.
Pada musim 2017/18 ini, selain berpeluang mengantarkan City menjadi juara Piala Liga Inggris, Pep juga berpeluang besar mengantarkan Manchester City menjuarai kompetisi Premier League. Segala catatan ciamik Pep ini membuat Wenger mengakuinya sebagai salah satu manajer terbaik di dunia, tapi Wenger enggan mengatakan bahwa Pep adalah sosok yang merevolusi sepak bola.
"Tidak, tidak, karena jika Anda melihat skuat Barcelona ketika itu, mereka masih menjadi salah satu tim yang terbaik di Eropa. Memang di era modern ini sepak bola sudah sedikit berubah, karena ada beberapa pemain bagus yang bergabung dalam beberapa klub tertentu," ujar manajer yang pernah menangani Monaco tersebut.
"Kita selaku manajer mengaplikasikan filosofi yang kita miliki, tapi permainan di atas lapangan tetap menjadi milik pemain. Pemain memegang peranan penting dewasa ini, karena pemain-pemain bagus kerap bermain dalam satu tim yang sama," tambahnya.
Terlepas dari masa lalu Pep dan Wenger yang tidak terlaksana, keduanya sekarang akan bersua sebagai manajer dengan motivasi mereka masing-masing. Masa lalu ada untuk diperbincangkan, tapi masa depan tetaplah yang dijelang, salah satunya adalah masa depan soal siapa pemenang trofi Piala Liga Inggris.