Tren IoT di Indonesia, Tumbuh Setelah Setahun Pandemi Covid-19
Uzone.id - Kehadiran pandemi Covid-19 ternyata cukup memegaruhi implementasi Internet of Things (IoT) di Indonesia. Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (ASIOTI), Teguh Prasetya, atau yang akrab disapa Teguh, mengungkapkan bahwa penerapan IoT di tanah air sempat menurun pada tahun 2020.
Dalam wawancara khusus dengan Uzone.id, hal itu disebabkan oleh negara-negara penyuplai komponen IoT sempat melakukan lockdown di awal pandemi Covid-19.“Komponennya dari Malaysia, India, kemudian China pada waktu awal Covid-19 itu kan sempat lockdown, jadi tidak bisa kirim komponen ke kita,” ujarnya via telepon pada Selasa (23/2).
Namun, kini, implementasi teknologi tersebut berangsur membaik, bahkan semakin bertumbuh. Teguh menyatakan bahwa keadaan sudah kembali normal sejak kuartal keempat tahun 2020.
Baca juga: Seperti Apa Kecanggihan IoT?
Ia menegaskan, “Jadi kita melihat bahwa tahun ini akan kembali lagi marak untuk perangkat IoT, mulai dari perangkat, sehingga dengan demikian, teman-teman yang membuat solusi akan lebih mudah untuk bisa memberikan solusi kepada semua sektor.”
Bila dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara, Teguh menilai bahwa Indonesia memiliki market terbesar untuk IoT. Hal ini didukung oleh populasi yang banyak dan lokasi yang luas.
“Dari sisi jumlah perangkat, kita lebih luas. Kita memprediksi 2022 akan ada 400 juta device IoT,” tuturnya. Indonesia sendiri baru mulai berhasil menumbuhkan ekosistem IoT sejak tahun 2016.
Sembilan sektor perusahaan yang menjalankan IoT
Menurutnya, penerapan IoT sejalan dengan digitalisasi suatu perusahaan. Semakin mereka gencar melakukan digitalisasi, semakin cepat pula implementasi IoT. Pandemi Covid-19 juga menjadi pemicu banyak perusahaan melakukan transformasi digital.
“Kita tahu tahun 2020 kemarin, semua kaget karena tiba-tiba Covid-19, tiba-tiba work from home. Mereka tidak siap, mencari solusi. Nah, 2021 kan berbeda, bahwa supply sudah ada, sudah terbuka, dan teman-teman penyedia solusi juga gencar menawarkan,” tuturnya.
Lebih lanjut, ia menyatakan, “Di lain pihak, korporasi sekarang sadar bahwa kalau dia tidak go digital, mereka akan ditinggalkan. Jadi pertanyaannya kan tinggal going digital atau going to die. Buat bisnis, pilihannya cuma itu.”
Dengan melakukan go digital, perusahaan berarti mengaplikasikan otomatisasi untuk berbagai aspek, mulai dari operasional perusahaan, produksi produk, dan lainnya. Melalui otomatisasi tersebut, terdapat IoT di dalamnya.
Teguh berpendapat ada sembilan sektor perusahaan yang menerapkan IoT. “Kalau lihat dari sektor industri yang ada di Indonesia, itu tentunya bisa melihat ada sembilan sektor yang tumbuh,” katanya.
Baca juga: Pentingnya Peran IoT Dalam Distribusi Vaksin di Indonesia
Kesembilan sektor tersebut, yaitu telekomunikasi, health care, agriculture, manufacture, finansial, transportasi, mining, home, kemudian public sector. “Kalau bicara BUMN yang paling ready adalah Telkom,” ujar Teguh.
Ia pun berpandangan bahwa public sector yang menghadirkan solusi smart city memang tertinggal dalam penerapan IoT. Hal itu lantaran mereka masih mendukung sektor kesehatan untuk penanganan pandemi Covid-19.
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) turut tersentuh IoT
Tak hanya perusahaan, UMKM di tanah air juga turut tersentuh IoT. Mereka memanfaatkan teknologi ini untuk digitalisasi, mulai dari pengiriman barang sampai proses produksi.
“Dari 50 juta UMKM, yang sudah go digital itu baru dua juta. Paling tidak sekarang mereka sudah menggunakan kanal penjualan digital. Itu kan yang paling gampang. Ini akan terus naik, dari yang on board ke digital platform, itu nomor satu,” ujar Teguh.
Ia pun berpandangan bahwa ada tiga yang membuat UMKM harus mengimplementasikan IoT. Faktor pertama, IoT diperlukan untuk melakukan efisiensi dan memangkas biaya operasional. Faktor kedua dan ketiga, yaitu teknologi ini penting untuk meningkatkan kapasitas produksi dan pendapatan.
Di tengah pandemi Covid-19, pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM juga mempercepat UMKM menerapkan bisnis secara digital. Dilaporkan bahwa berbagai kebijakan yang dilakukan untuk mempercepat hal itu, antara lain program pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan UMKM terkait digitalisasi.
Selain itu, dilakukan program pendampingan untuk akselerasi on boarding pelaku UMKM dari offline ke online. Pemerintah juga melakukan pendekatan kepada e-commerce untuk membuat laman khusus UMKM.