Automotive

Tarif Impor Trump Hentikan Produksi Mobil Stellantis, Ratusan Pekerja Kena PHK

Brian Priambudi
Tarif Impor Trump Hentikan Produksi Mobil Stellantis, Ratusan Pekerja Kena PHK

Uzone.id - Tarif impor baru dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, membuat banyak pihak harus berstrategi. Seperti raksasa otomotif yang harus menghentikan produksi pabrik di negara tertentu untuk menghadapi aturan baru Trump.

Seperti diketahui, Trump mematok tarif 25 persen untuk kendaraan apapun yang diimpor ke Amerika Serikat. Alhasil, kebijakan ini berdampak bagi industri otomotif secara global.

Seperti dikutip dari CNBC International, Stellantis mengumumkan akan menghentikan produksi di dua pabrik perakitan di Kanada dan Meksiko. Dampak dari dihentikannya produksi di pabrik dari dua negara tersebut membuat 900 pekerja di pabrik pendukung diberhentikan sementara.

Stellantis menghentikan produksi hingga dua minggu ke depan di Pabrik Perakitan Windsor, Ontario, Kanada dan Pabrik Perakitan Toluca, Meksiko, akan berhenti sepanjang April 2025 ini.





Kemudian merek mobil seperti Infiniti dari Nissan Motor mengehentikan produksi tanpa batas waktu dari pabrik Meksiko untuk pasar Amerika Seriakt. Wakil Presiden Infiniti Amerika, Tiago Castro, mengatakan dalam sebuah memo bahwa produksi crossover QX50 dan QX55 untuk Amerika Serikat dihentikan sampai pemberitahuan lebih lanjut.

Merek Eropa seperti Volvo pun berencana memproduksi lebih banyak mobil di Amerika Serikat untuk mengatasi tarif impor baru Trump. Di Amerika Serikat, Volvo akan memproduksi SUV EX90 untuk meningkatkan volume dan mengurangi biaya tambahan.

"Kami siap dengan baik di Cina dan di Eropa. Tetapi kita harus lebih baik di AS untuk mengatasi tarif impor," CEO Volvo Cars, Hakan Samuelsson kepada Reuters.





Kepada CNBC, juru bicara Volvo mengatakan pihaknya menghadapi peningkatan kompleksitas geopolitik dan regionalisasi. Strateginya, Volvo akan membangun pabrik di tempatnya berjualan adalah hal penting.

"Sebagai bagian dari ini, Volvo Cars juga mempertimabgnkan kemungkinan potensial untuk menambahkan produksi model mobil lain di pabrik AS kami, yang memiliki kapasitas 150.000 mobil per tahun," ujar juru biacara Volvo Cars.

Di sisi lain, S&P Global Mobility melaporkan beberapa merek otomotif seperti Volvo, Mazda, Volkswagen, dan Hyundai Motor menjadi merek yang paling berisiko dari sudut pandang kendaraan. Mengingat merek-merek tersebut memiliki 60 persen penjualan dari Amerika Serikat dengan status produk CBU.

S&P memperkirakan penjualan kendaraan di AS bisa turun ke 14,5 juta hingga 15 juta unit per tahun jika tarif impor Trump tetap berlaku. Angka ini turun cukup drastis mengingat di 2024, Amerika Serikat bisa menjual mobil hingga 16 juta unit.