Review Vivo X Fold3 Pro: Inovasinya Gak Tanggung-tanggung
Uzone.id - Sebagai pengguna yang menjadikan smartphone ‘satu layar’ sebagai daily driver, jadi hal menarik bagi kami untuk menjajal foldable phone yang mengusung dua layar besar seperti Vivo X Fold3 Pro. Maklum, masih menempel stigma kalau smartphone layar lipat itu cukup sulit dioperasikan dengan satu tangan dan memiliki bodinya bulky dan lebih tebal.
Vivo X Fold3 Pro merupakan foldable phone pertama yang dibawa Vivo ke Indonesia. Lewat seri ini, maka Vivo jadi brand ketiga yang memboyong foldable phone premium secara resmi ke Indonesia, setelah Samsung dan Oppo.Bagaimana impresi kami menggunakan ponsel mahal seharga Rp26.999.000 ini? Berikut review lengkap Vivo X Fold3 Pro khas redaksi tim Uzone.id.
Form factor lebih tipis dari kompetitornya
Vivo X Fold3 Pro hilangkan anggapan negatif kami terhadap foldable phone yang punya dimensi lebih tebal. Sebab, form factor yang tipis dan ringan memang jadi selling point dari smartphone satu ini.
Vivo X Fold3 Pro punya ketebalan bodi saat dilipat mencapai 11,2 mm, sementara saat dibuka menjadi 5,2 mm dengan bobot total 236 gram. Bahkan ketika dibuka, bodinya jauh lebih tipis dari iPhone 15 Pro Max.
Bobotnya juga lebih ringan dari dua kompetitornya Oppo Find N3 dan Samsung Galaxy Z Fold5, hanya 236 gram. Beratnya malah mendekati ponsel-ponsel flagship seperti Samsung Galaxy S24 Ultra (232 gram) dan iPhone 15 Pro Max (221 gram).
Berikut ini perbandingan ketipisan dan bobot Vivo X Fold3 Pro dengan dua kompetitor lainnya, Oppo Find N3 dan Samsung Galaxy Z Fold5 dan dua smartphone flagship Android saat ini:
Vivo X Fold3 Pro |
Oppo Find N3 |
Samsung Galaxy Z Fold5 |
Samsung Galaxy S24 Ultra |
iPhone 15 Pro Max |
236 gram |
239 gram |
253 gram |
232 gram |
221 gram |
Unfolded: 160 x 142.4 x 5.2 mm Folded: 160 x 72.6 x 11.2 mm |
Unfolded: 153.4 x 143.1 x 5.8 mm Folded: 153.4 x 73.3 x 11.7 mm |
Unfolded: 154.9 x 129.9 x 6.1 mm Folded: 154.9 x 67.1 x 13.4 mm |
162.3 x 79 x 8.6 mm |
159.9 x 76.7 x 8.3 mm |
Kuat dan mewah
Gak mungkin juga HP yang harganya nyaris Rp30 juta dibuat sembarangan atau biasa saja. Vivo menyamakan tema desain pada X Series terbarunya, baik Vivo X100 Pro dan Vivo X Fold3 Pro, punya beberapa kesamaan.
Paling kentara adalah bodi berbahan dasar aluminium yang kokoh dan bingkai kamera berbentuk lingkaran, mirip seperti kamera pocket. Bentuk kamera melingkar ini menunjukkan sekali kemampuan kamera yang menjadi salah satu kelebihan Vivo X Fold3 Pro.
Apalagi, ada logo Zeiss di kameranya, ‘kode keras’ sekali kalau sistem kamera Vivo X Fold3 Pro menggunakan lensa khusus rancangan Zeiss langsung.
Vivo X Fold3 Pro punya dua opsi warna, yakni Eclipse Black dan Solar White. Kedua warnanya berkesan mahal, sama-sama menampilkan tekstur matte yang halus di tangan, dan membuat ponsel nyaman dalam genggaman.
Cukupkah dengan kesan premium? Tentu tidak. Ponsel ini sangat kokoh berkat arsitektur Armor yang diusungnya.
Namanya juga smartphone lipat, tentu struktur engselnya harus kuat. Gak lucu juga kalau engselnya goyang atau bikin layar fleksibelnya rusak.
Vivo X Fold3 Pro diperkuat Armor Feather, stuktur engsel berbahan dasar serat karbon yang bisa tahan hingga 500 ribu kali siklus lipatan. Kalau estimasi buka-tutup per harinya 100 kali, maka engselnya bisa bertahan lebih dari 13 tahun.
Ketahanan ini bukan gimmick marketing belaka, karena sudah disertifikasi langsung oleh TUV Rheinland.
Berkat Armor Feather pula, ketika Vivo X Fold3 Pro dilipat, nyaris tak ada celah di antara layarnya. Begitu juga saat dibuka, jejak lipatannya terlihat landai atau hampir tak nampak.
Dan, Vivo X Fold3 Pro juga sudah mengantongi rating IPX8 tahan air, walau tak ada jaminan smartphone ini akan tahan terhadap terpaan debu.
Suka dengan aspek rasio cover screen
Buat kami pengguna smartphone mainstream, sudah terbiasa dengan tampilan aplikasi pada layar beraspek rasio 20:9, 21:9, maksimal 22:9. Agak aneh rasanya kalau membuka aplikasi pada layar bagian luar ponsel lipat dengan aspek rasio yang memanjang, seperti Samsung Galaxy Z Fold5 yang mengusung layar 23,1:9.
UI aplikasi terlihat lebih cungkring, gak nyaman buat main game atau mengakses aplikasi umum, termasuk WhatsApp, Instagram, dan sebagainya.
Vivo menghindari kekurangan tersebut. Cover screen Vivo X Fold3 Pro dibuat dengan aspek rasio yang sama seperti ponsel Android pada umumnya, 21:9. Tampilannya jadi gak aneh, plus form factor yang tipis dan lumayan ringan, nyaman pakai ponsel ini untuk main game, ngetik Google Docs, buka WhatsApp atau scrolling Instagram dan TikTok, dan sebagainya.
Bicara spesifikasi layarnya, bagian depan Vivo X Fold3 Pro mengusung panel AMOLED Q9 Plus seluas 6,53 inci yang beresolusi 2.748 x 1.172 piksel. Dukungan refresh rate tembus 120Hz yang adaptif, dan intensitas cahayanya juga tembus sampai 4.500 nits pada peak mode.
Di dalam, Vivo menyertakan panel AMOLED E7 berukuran 8,03 inci dengan resolusi 2.480 x 2.200 piksel. Kualitas warna dan detailnya top, layar ponsel ini punya intensitas cahayanya tembus 4.500 nits, sudah Dolby Vision, serta HDR10+.
Layar yang mendekati ukuran tablet ini ngebantu banget buat multitasking, apalagi kami sebagai jurnalis yang perlu menaikkan berita faktual secara online dalam waktu yang cepat.
Layar sebelah kiri buka Google Docs, layar sebelah kanan membuka Gallery atau browser Google Chrome, dan catatan ditampilkan secara floating windows. Semua aplikasi muat pada layar 8,03 inci ini.
Menariknya, untuk membuka dua aplikasi secara split screen di layar utama Vivo X Fold3 Pro gak cuma drag & drop saja. Tinggal tekuk ponsel dan buka lagi, otomatis aplikasi ditampilkan pada sisi kiri dan kanan bersamaan.
Oiya, layar vivo X Fold3 Pro telah dilapisi dengan Armor Glass yang dirancang khusus untuk memastikan ketahanan layar terhadap tekanan kuat dan goresan yang dapat merusak perangkat.
AI didukung Gemini Pro, selamanya!
Sekarang eranya AI Phone, Vivo pun mengenalkan SmartFold AI pada Vivo X Fold3 Pro. SmartFold AI adalah hasil kolaborasi Vivo dengan Google untuk menyematkan model AI large language model (LLM) seperti Gemini Pro, Google Chirp 2.0, dan Google Lens.
Gemini Pro, seperti kita tau, merupakan model AI yang juga digunakan oleh Galaxy AI pada Samsung Galaxy Z Fold5. Vivo memastikan, Gemini Pro bisa dipakai pengguna secara gratis tanpa batas waktu yang ditentukan.
Sedangkan Google Chirp 2.0 merupakan model AI yang dapat mengenali ucapan dan mengkonversikannya ke dalam tulisan, dan Google Lens sendiri memungkinkan penggunanya untuk mencari info apapun langsung dari kamera ponselnya.
Gabungan ketiga model AI tersebut, maka SmartFold AI mampu menggabungkan berbagai jenis informasi sekaligus, termasuk teks, kode, gambar, hingga suara, untuk memenuhi perintah atau prompt yang diberikan pengguna.
Kemampuannya lumayan lengkap. Kami bisa mengubah rekaman suara jadi tulisan dan dibuat kesimpulannya secara otomatis, ngebantu banget buat transkrip rekaman narasumber.
Cuma ada kekurangan yang perlu ditingkatkan Vivo (mungkin) dalam pembaruan OS berikutnya. Aplikasi Recorder tak semaksimal Galaxy AI saat melakukan transkrip, ada beberapa miss seperti kata atau kalimat yang tidak sesuai, sehingga perlu re-check lagi.
Merangkum catatan juga bisa, baik dari hasil transkrip atau catatan sendiri. Dan fitur lainnya adalah menerjemahkan bahasa asing, dimana SmartFold AI sudah mendukung bahasa Indonesia.
Kami menanti penambahan fitur lain di SmartFold AI. Dan tentu saja, kami berharap ada Circle to Search seperti Samsung Galaxy Z Fold5, Interpreter, atau bahkan fitur berbasis AI generated Content (AIGC), seperti pembuatan gambar dari teks, AI Wallpaper, dan sebagainya.
Ngegas dengan Snapdragon 8 Gen 3
Vivo X Fold3 Pro jadi smartphone lipat pertama di Indonesia dengan prosesor Snapdragon 8 Gen 3. Klaim ini didasarkan pada dua kompetitor lain, Samsung Galaxy Z Fold5 dan Oppo Find N3 yang masih ditenagai Snapdragon 8 Gen 2.
Dapur pacunya yang kencang, kian lengkap berkat RAM LPDDR5X 16 GB dengan memori penyimpanan UFS 4.0 512 GB. Bagaimana performanya? Berikut ini hasil benchmarking yang kami lakukan dengan AnTuTu v10, PCMark, dan 3DMark:
- AnTuTu Benchmark v10: 2.058.783 poin
- PCMark Work 3.0: 12.300 poin
- 3DMark Wild Life Stress test: 15.543 poin (best loop, 7.656 poin (lowest loop)
Satu kata buat performa Vivo X Fold3 Pro saat mengetesnya di AnTuTu Benchmark, tercengang. Vivo X Fold3 Pro resmi jadi salah satu smartphone paling kencang yang pernah kami gunakan dengan skor lebih dari 2 juta poin, setara lah dengan Asus ROG Phone 8.
Namun demikian, PCMark dan 3DMark menunjukkan kinerja yang naik-turun dari Vivo X Fold3 Pro. Stabilitasnya tak terlalu bagus, kurang dari 50 persen (tepatnya 49,3 persen) menurut 3DMark.
Untuk diketahui, 3DMark Wild Life Stress Test melakukan 20 kali pengujian yang sama secara simultan. Dan penurunan kinerja yang cukup signifikan terjadi pada loop ke-4 dan ke-6, dan berangsur menurun hingga pengujian ke-20.
Performa yang turun signifikan ini terlihat juga pada frekuensi frame rate yang dicapai. Titik tertingginya 122 FPS, sementara level terendah berada pada 29 FPS. Adapun kenaikan suhunya juga lumayan meroket, dari 31 derajat Celcius ke 46 derajat Celcius.
Kencang tapi tidak stabil terlihat juga pada PCMark. Tercatat pada grafik, rerata kinerja yang dikeluarkan berada di rentang 40 sampai 60 persen.
Kami sungguh mengapresiasi ketahanan baterai Vivo X Fold3 Pro. Ponsel ini ditopang baterai dengan kapasitas 5.700 mAh, baterai yang besar pada form factor yang terbilang tipis.
Daya tahannya tembus belasan jam, padahal diuji menggunakan layar utamanya yang notabene membutuhkan lebih banyak daya. Tepatnya, ponsel ini bisa bertahan dengan screen on-time sampai 16 jam 33 menit pada pengujian PCMark Work 3.0 Battery Life.
Baterai smartphone ini didukung fast charging 100W dengan wireless charging 50W, fitur yang lagi-lagi spesial untuk sebuah foldable phone. Adapun untuk kecepatannya, ngecas dari 8 persen sampai penuh cuma butuh waktu 42 menit saja.
Sistem pengecasannya pintar, lantaran bisa menyesuaikan dengan kebiasaan kami sebagai pengguna ketika memakai ponsel. Kalau ingin lebih ngebut, bisa mengaktifkan fitur Fast Charging yang muncul pada menu drop down di bar notifikasi.
Bikin ketagihan ambil foto portrait
Vivo X Fold3 Pro punya spesifikasi kamera yang impresif dengan menghadirkan lensa periskop, plus campur tangan Zeiss untuk meningkatkan kualitas gambarnya.
Ada tiga kamera belakang yang dibawa Vivo X Fold3 Pro, kamera utama 50 MP bersensor Sony IMX920 optical image stabilization (OIS), kemudian telephoto dengan persikop 64 MP yang juga didukung OIS dengan 3x optical-zoom, serta kamera ultrawide 50 MP yang mendukung phase detection autofocus (PDAF).
Susunan kamera belakang ini diberikan lapisan T* Coating dari Zeiss. Lapisan tersebut membuat efek berbayang dan suar lensa atau flare dapat diminimalisir secara signifikan, sehingga gambar bisa lebih jernih.
Di depan, ada kamera 32 MP pada cover screen dan 32 MP pada layar bagian dalamnya.
Bicara fiturnya, pengambilan gambar portrait jadi suguhan utama yang diberikan kamera Vivo X Fold3 Pro. Terdapat dua mode pengambilan gambar portrait, yakni mode Portrait untuk foto dan Cinematic Portrait untuk video.
Pada mode Portrait, ada 5 pilihan focal length yang tersedia, yakni 24mm, 35mm, 50mm, 85mm, dan 100mm. Kami sendiri sering menggunakan 24mm sampai 50mm, lantaran perbesaran gambarnya masih optikal, tak mengurangi kualitas detailnya secara signifikan.
Efek blur-nya sudah khas Zeiss, ada Biotar, B-speed, Sonnar, Planar, Distagon, Cine-flare, dan Cinematic.
Kalau Cinematic Portrait, perekaman video maksimal 4K atau 1080p pada 30 FPS dengan aspek rasio 16:9 yang memanjang, khas video sinematik.
Pada menu Photo, kalian bisa memilih salah satu dari tiga tone warna, yakni Vivid (default), Textured, dan Natural bawaan Zeiss. Sesuai namanya, mode Natural memberikan warna yang lebih pas dengan detail cenderung lebih tajam dari dua mode lainnya.
Hanya, mode ini tak maksimal bila kalian kerap memotret pada kondisi low-light. Kualitas warnanya jadi kurang tajam, sedikit agak pucat malah. Disarankan untuk memilih Vivid untuk pemotretan malam.
Dan beralih ke video, perekaman maksimal bisa 8K pada 30 FPS atau 4K/1080p pada 60 FPS. OIS aktif pada kamera utama dan telephoto, dan bisa mengaktifkan Ultra Stabilization pada resolusi maksimal 1080p di 60 FPS.
Berikut beberapa hasil gambar yang kami ambil menggunakan Vivo X Fold3 Pro:
Kesimpulan
Sebagai debutan di segmen foldable phone Indonesia, Vivo langsung ‘main serius’ lewat Vivo X Fold3 Pro. Gak menyertakan teknologi yang tangguh, semua inovasi yang dihadirkannya terasa totalitasnya.
Dari desain dengan built quality terjamin, visual yang nyaman buat kami yang terbiasa dengan smartphone mainstream, sistem AI yang mumpuni, dapur pacu yang tak kira-kira kencangnya, dan sistem kamera yang ajib dengan konfigurasi multi-angle yang berkualitas tinggi.
Untuk harganya Rp26,9 jutaan, cara yang bagus dari Vivo untuk ‘curi start’ dari Samsung yang bakalan menghadirkan Samsung Galaxy Z Fold6 di pasaran global (tak terkecuali Indonesia) sebentar lagi.