Review Mercedes-Benz C300 AMG, Canggih, Kencang, Irit BBM
Uzone.id - Apa yang dilakukan Mercedes-Benz pada generasi terbaru dari C-Class layak diacungi jempol. Mobil ini bermetamorfosis menjadi sesuatu yang hampir sempurna untuk sebuah sedan entry level pabrikan Jerman ini.
Ada dua varian yang dijual di Indonesia, pertama C200 Avantgarde bermesin 1.500cc turbo dan C300 AMG Line bermesin 2.000cc turbo. Yang kami gunakan adalah varian terakhir, C300 AMG Line.Kenapa kami bilang hampir sempurna? Karena dibalik semua keunggulan dan kemewahan C300 AMG yang disodorkan, masih terdapat sejumlah kekurangan yang menurut kami agak mengganggu.
Kami menggunakannya selama beberapa hari, jujur memang sulit untuk menemukan kelemahan dari mobil ini, tapi bukan berarti gak ada.
Nah, sekarang mari kita bahas, baca terus ya..
BACA JUGA: Test Drive Wuling Air ev Keliling Jakarta
Desain: Kesederhanaan yang Gahar
Wajar kalau desainnya harus gahar, sebab ini sebuah keluarga AMG, lini performance dari Mercedes. Karenanya, meski bawaan lahirnya terlihat kalem, C300 AMG diberi sentuhan sport pada beberapa bagian eksterior.
Pada bumper, pastinya terdapat lips tambahan yang bukan pajangan, tentu saja untuk aerodinamika tambahan.
Grill nya juga khas, selain logo bintang khas Mercy yang besar dan berdesain klasik, pada kisi-kisi grillnya, dipenuhi bintang-bintang logo Mercy, sungguh sebuah detail yang keren.
Sepasang lampunya full LED High Performance, khas Mercy. Belum berteknologi Laser seperti lampunya BMW seri 3. Tapi, desain, aksen dan sorot lampunya cukup memuaskan.
Bagian sampingnya pun sederhana, hanya ada tambahan side skirt. Tapi sekali lagi, kami jatuh cinta pada detail pelek 18 incinya yang dibalut ban Pirelli.
Dengan palang bintang dan ada cover yang mengelilingi bibir pelek, membuat siapapun yang doyan modifikasi, harusnya gak perlu repot-repot mengganti dengan pelek aftermarket, karena ini sudah trade mark dan keren banget!
Sementara bagian belakang, nuansa S-Class kental sekali di desain lampunya yang kini menjorok sampai ke pintu bagasi.
Secara keseluruhan, kami suka dengan desain C300 AMG yang sedikit dibuat lebih sporty, tidak seperti saudaranya C200 yang masih terkesan biasa saja.
Kabin: Nuansa Klasik yang Canggih
Kalau saja kita gak melihat logo Mercy pada setir dan kisi-kisi AC membulat yang klasik banget, dijamin kita gak bakal menyadari kalau lagi ada di kabin sebuah C-Class.
Ya, seperti di bagian luar, nuansa klasik juga tersuguh di kabinnya. Mulai dari desain setirnya, sampai kisi-kisi AC yang serba membulat seperti Mercy era 80an.
Namun, untuk urusan pengoperasian fitur, malah seperti bukan Mercy. Kenapa? Karena masih jarang kami temukan, panel-panel instrumen di kabin mobil yang nyaris tanpa tombol-tombol.
Uniknya, Mercy menyediakan haptic feedback untuk mengoperasikan sejumlah fitur, baik di setir, di dasbor, sampai di bagian atap untuk membuka dan menutup panoramic sunroof.
Selain itu, pengoperasian sejumlah fitur juga bukan dipencet-pencet, tapi di swipe. Ini sebuah sensasi baru buat kami yang gaptek hehe, dan membuat pengalaman kami di kabin jadi menyenangkan.
Tersedia dua layar besar, satu untuk MID belum bisa disentuh-sentuh untuk dioperasikan, tapi berisi banyak sekali informasi dengan tampilan jernih dan interaktif. Gak perlu kami sebutkan satu-persatu, apa saja yang ada di bayangan kalian, pasti ada disitu.
Satu lagi layar sentuh 11 inci lebih yang dibuat vertikal, seolah kita menaruh sebuah iPad pada bagian tengah dasbornya.
Disini pun tampilan layarnya jernih, responsif, dan berisi banyak sekali informasi dan pengaturan mobil.
Pengaturan fitur safety assistant misalnya, bantuan pengereman otomatis, intervensi setir ketika pindah lajur tanpa mengaktifkan lampu sein, sampai yang paling kami suka adalah, di mobil ini gak perlu pusing mencari posisi duduk yang paling pas buat pengemudi.
Ada satu fitur yang bisa secara otomatis menyesuaikan posisi duduk berdasarkan dari tinggi badan kita.
Cara mengoperasikannya juga mudah, tinggal seting berapa tinggi badan kita, kemudian kursi dan setir akan bergerak sendiri menyesuaikan untuk memberikan posisi duduk yang paling ergonomis untuk kita.
Sisanya, ya ini adalah sebuah Mercedes-Benz, jadi urusan nuansa dan kenyamanan kabin, sudah gak perlu di ceritakan, karena pasti enak.
Kalaupun ada satu hal yang kami gak suka adalah penempatan tuas transmisi di sebelah kanan setir, dengan tuas batangan seperti mobil niaga!
Tolong lah Mercedes-Benz, jangan menganggu kenikmatan dan adrenaline mood kami mengendarai sebuah AMG yang tanpa tuas transmisi di konsul tengah. Untungnya ada paddle shifter, kalau tidak…
Performa dan Handling: Kencang Tapi Irit BBM
Sampailah kita pada bagian yang paling menyenangkan untuk di bahas. Bagaimana performa dan handling dari sebuah AMG C300 berkode W206 ini.
Dia mengandalkan sebuah mesin 4 silinder berkapasitas 2.000cc turbo. Bukan sebuah mesin yang kecil kan untuk sebuah sedan-sedan modern?
Tapi barangkali Mercy masih mau tetap memanjakan para petrolhead dengan spesifikasi klasik, mesin besar performa buas, dengan semburan tenaga yang sangat padat dan bergizi, eh, maksudnya berisi.
Mesin terebut bertenaga 258 Hp dan torsinya.. sebentar, pelan-pelan, yess, torsinya 400 Nm! Entah bagaimana rasanya ketika dikendarai? Namun, ini pun belum selesai.
Tenaga tersebut disalurkan melalui transmisi 9G-Tronic alias otomatis dengan 9 speed. Ini mobil apa bus sih? Tapi ya memang faktanya seperti ini.
Sudah tenaganya sebuas itu, Mercy masih menambahkan teknologi EQ Boost. Sebuah sistem hybrid ringan mirip Suzuki Ertiga Hybrid, tapi dengan pengembangan yang jauh lebih maju.
Teknologi ini lah yang menjadi kunci dari buasnya performa sebuah C300 AMG, karena bisa mensuplai tenaga tambahan sebesar 27 Hp dan torsi 200 NM. Kalian jumlahkan aja sendiri ya totalnya berapa tenaga dan torsi dari sedan ini.
Tapi, teknologi EQ Boost ini juga dirancang gak sekedar menghambur-hamburkan tenaga dan bensin, karena justru bikin tenaga sebesar bus dan truk tersebut bisa mengkonsumsi BBM dengan sangat irit.
Hasil pengetesan kami di dalam kota yang pastinya macet, tercatat angka 12-14 km perliter dan saat di jalan tol 5,5 liter per 100 km, artinya, hampir tembus 20 km perliter! Menyaingi mobil-mobil LCGC ini mah!
Beberapa kunci kenapa sedan bermesin bongsor ini bisa hemat BBM, pertama, karena transmisi 9G-Tronic yang dengan pintar memposisikan agar putaran mesin selalu rendah. Di Jalan tol, rata-rata kami lihat jarang sekali di atas 2.000 RPM.
Kemudian, EQ Boost selain mensuplai tenaga sehingga kinerja mesin gak terlalu berat, juga punya fitur Auto Start/Stop Engine yang pengembangannya jauh melebihi teknologi yang ada saat ini.
Dia tidak hanya otomatis mematikan mesin saat mobil berhenti, tapi saat meluncur di jalan dan kita mengangkat pedal gas, maka secara otomatis mesin akan mati!
Bisa kalian bayangkan seberapa banyak penghematan yang terjadi ketika meluncur di tol Cipularang yang banyak jalanan menurun sehingga kita harus mengangkat pedal gas.
Uniknya, mesin mati hanya saat pedal gas diangkat, tapi kalau kita menginjak rem, mesin akan nyala kembali, yang proses kinetiknya diubah menjadi listrik untuk mensuplai baterai alias regeneratif braking.
Dan asiknya lagi, proses mati-hidupnya mesin begitu halus, sampai-sampai sulit untuk menyadari kalau mesin mati, kecuali dengan melihat putaran mesin nol di MID.
Tapi tetap saja, buasnya mesin C300 belum bisa kita rasakan secara spontan layaknya mobil-mobil listrik. Ketika di gas spontan, mesin tetap menggerung dulu sedetik dua detik, barulah tenaga buas itu menyembur. Seolah sedan ini terasa punya bobot yang berat.
Kemudian, handlingnya pun cukup baik, kami gak mau menyebut sangat baik, seperti pesaingnya BMW seri 3 versi M Sport.
Tapi respon setir sangat baik dan presisi, begitu juga respon pedal gasnya, meski feeling rem seperti agak dalam, jadi beberapa kali terasa kagok dan sulit untuk mengerem mulus dengan mobil ini.
Dengan tinggi yang lebih rendah dan bodi yang lebih lebar, ditambah sejumlah piranti aerodinamis, membuat handling C300 cukup agresif, tajam dan presisi, meski belum sempurna untuk sebuah sedan.
Dan juga ada yang sangat disayangkan bagi kami, ketika sangat puas menikmati performa buas mesinnya, yakni redaman suspensinya yang masih kureng untuk sebuah sedan, bermerek Mercy, seharga satu miliaran lebih ini.
Suspensi depan okelah, dari sisi redaman dan rebound-nya berkualitas. Tapi suspensi belakangnya masih terasa mantul-mantul, apalagi saat melindas polisi tidur, jadi mirip Toyota Vios, hmm, semoga kami gak lebay.
Tapi memang rasa suspensinya benar-benar gak seperti bayangan kami, dimana mobil akan seperti berjalan di atas permukaan air. Suspensi sibuk bekerja sementara bodi mobil tetap anteng.
Sayang sekali ini gak kejadian di Mercy C300 AMG ini.
Jadi serba salah. Padahal, kami bisa mentoleransi kalau suspensinya keras, karena ini sebuah AMG, yang pastinya bakal membuat handlingnya sadis.
Kesimpulan: Entry Level Mercy Terbaik
Mercedes-Benz sudah sangat baik bisa mewariskan apa yang dipunya S-Class pada sosok C-Class terbaru ini. Membuatnya jadi sedan entry level yang layak di pertimbangkan, selain para kompetitornya semisal BMW seri 3.
Dan banyak sekali teknologi-teknologi baru yang kami temukan di mobil ini. Entah karena memang baru, atau memang kami yang gaptek. Tapi ya masa bodo, toh kami menikmati dan terpuaskan tanpa harus jadi fomo.
Dijual seharga Rp1,25 miliar, apakah kalian para petrolhead sultan lebih memilih Mercy AMG atau BMW M Sport?