Home
/
Startup

Periskop 2023: Apakah PHK di Industri Startup Akan Berlanjut?

Periskop 2023: Apakah PHK di Industri Startup Akan Berlanjut?
Vina Insyani02 January 2023
Bagikan :

Uzone.id – Tahun 2023 akan menjadi tahun yang cukup menarik bagi berbagai industri, termasuk startup di Indonesia.

Menurut beberapa pengamat startup, PHK di kalangan perusahaan rintisan kemungkinan besar akan terus terjadi di 2023, apalagi laju ekonomi di tahun Kelinci Air ini diramal akan ‘gelap gulita’.

“PHK diperkirakan akan terus berlanjut tahun depan di sektor digital, bahkan PHK akan menyebar di sektor edutech, healthtech dan agritech. PHK dilakukan perusahaan untuk bertahan dari penurunan pendapatan dan pendanaan investasi,” kata Bhima Yudhistira, Direktur Center of Economics and Law Students saat dihubungi Uzone.id.

Sementara itu, pengamat ekonomi dari INDEF, Nailul Huda juga menyampaikan hal yang sama dimana PHK kemungkinan akan tetap berlanjut. Hal ini tergantung pada beberapa hal.

“Bisnis startup digital tahun depan akan sangat tergantung dengan suku bunga acuan negara-negara sumber investasi seperti AS, EU, dan domestik. Jika suku bunga acuan naik maka startup digital akan kesulitan mendapatkan pendanaan,” ungkapnya.

Baca juga: Kaleidoskop 2022: Fenomena Startup yang Trending di Tahun 2022

Huda menambahkan, “Pada akhirnya akan kesulitan dana untuk operasional dan bersaing dengan kompetitor. Akhirnya strategi efisiensi dengan PHK akan tetap berlanjut.

Tahun 2023 dibayang-bayangi dengan isu resesi global yang kabarnya akan berdampak ke semua sisi industri. Namun, pengamat mengatakan kalau transaksi di ekonomi digital akan tetap terjadi walaupun adanya perlambatan dalam pertumbuhannya.

Ada beberapa hal yang cukup menarik mengenai tren startup di tahun 2023, pengamat melihat adanya perubahan perilaku di masyarakat. Startup apa saja yang kemungkinan akan bertahan di tengah resesi?

“Startup masih menarik tetapi bukan yang orientasinya langsung berjualan ke konsumen akhir. Model B2C akan kesulitan bertahan ketika daya beli masyarakat terdampak resesi. B2C seperti ecommerce, food delivery sangat sensitif dengan perubahan pola konsumsi dan daya beli pengguna,” kata Bhima.

Bhima menambahkan kalau startup yang diperkirakan akan menyeimbangkan pertumbuhan dan laba adalah B2B, yaitu jenis startup yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan bisnis. 

“Sebagai contoh layanan B2B untuk bantu ukm memperoleh bahan baku jauh lebih berkelanjutan, atau startup yang menyediakan business solution seperti big data, data center bagi pemain di tingkat industri akan survive,” tambahnya.

Sementara itu, menurut Huda, isu suku bunga yang tinggi akan menjadi penghambat pertumbuhan kredit yang mendorong masyarakat untuk beralih ke fintech lending.

Baca juga: Kaleidoskop 2022: Perjalanan Terjal Dunia Siber Indonesia Penuh Kebocoran

Fintech lending akan tetap menjadi alternatif pembiayaan masyarakat. Isu suku bunga tinggi akan menjadi penghambat pertumbuhan kredit dan kemungkinan besar akan beralih ke fintech lending,” kata Huda.

Selanjutnya, startup apa yang kemungkinan akan terdampak dari resesi ini?

Bhima menyebutkan beberapa startup akan mengalami disrupsi seperti startup pembayaran yang mulai tergeser dengan hadirnya QRIS yang didominasi pembayaran via mobile banking. 

“Sebelum adanya Qris, masing masing ewallet promosi soal pembayaran digital, begitu ada QRIS masyarakat bergeser kembali ke mobile banking,” tambahnya.

Pendapat lain disampaikan oleh Bhima dimana startup fintech kemungkinan menyusut akibat adanya kebijakan modal minimum fintech lending.

Bagaimana tren IPO di tengah ramainya resesi?

Bhima mengatakan kalau jumlah startup yang akan IPO di tahun 2023 ini kemungkinan masih ada namun akan menurun.

“Jumlah startup yang akan IPO mungkin ada tapi jumlahnya menurun terutama startup level unicorn,” kata Bhima.

Baca juga: Kaleidoskop 2022: Startup Indonesia yang Terkena Badai PHK

“Prospek startup yang lakukan IPO ada di sektor OTA (online travel agent) sejalan dengan pemulihan sektor pariwisata. Kemudian startup perpajakan juga terindikasi berencana IPO di 2023,” tambahnya.

Bagaimana dengan status Unicorn dan Decacorn di startup?

Nailul memprediksi kalau startup yang bisa menjadi unicorn dan decacorn bisa jadi dari sektor e-commerce dan fintech.

“Ciri-ciri startup yang sehat, memiliki profitabilitas dan bersaing dalam fitur dibandingkan promo diskon berlebihan. Startup yang sehat juga punya tim dan founder yang solid, memiliki target pertumbuhan yang lebih organik,” tutupnya.

populerRelated Article