Digilife

Pendiri Studio Ghibli Anggap Tren Animasi AI Adalah Penghinaan

Brian Priambudi
Pendiri Studio Ghibli Anggap Tren Animasi AI Adalah Penghinaan

Uzone.id - Belakangan ini media sosial sedang diramaikan oleh tren AI yang mengubah foto menjadi animasi dengan gaya ikonik khas Studio Ghibli. Akibat ramainya tren ini, sang animator pencipta Studio Ghibli pun menganggap ini sebagai penghinaan.

Tren AI yang mengubah foto menjadi animasi bergaya Studio Ghibli ini dimulai dari adanya versi terbaru dari ChatGPT. Versi terbaru ini dapat mengubah meme internet populer atau foto pribadi menjadi gambar animasi. Sayangnya, animasi yang dibuat justru mirip dengan Studio Ghibli yang didirikan oleh Hayao Miyazaki.

Penggunaan AI dalam pembuatan gambar yang mirip dengan Studio Ghibli ini pun berpotensi melanggar hak cipta dan berdampak terhadap seniman.



Dilansir dari The Independent, terdapat masalah etika tentang alat kecerdasan buatan yang dilatih pada karya kreatif. Pasalnya karya kreatif yang dihasilkan memiliki hak cipta yang memiliki arti bagi seniman pembuatnya. Bahkan tren ini pun menimbulkan pertanyaan mengenai etika pada nilai kreativitas manusia di masa yang semakin dibentuk oleh algoritma.

Di tengah ramainya tren ini, Hayao Miyazaki pernah menyatakan kritikan terhadap AI. Seniman berusia 84 tahun ini sudah pernah mengkritik peran AI dalam karya animasi. Salah satu contoh paling terkenal adalah pada film dokumenter yang dirilis di 2016 berjudul Never-Ending Man: Hayao Miyazaki.

Dalam film dokumenter tersebut terdapat sekelompok pengembang yang menunjukkan animasi zombi kasar hasil dari AI kepada Miyazaki. Hasil animasi AI tersebut bisa digunakan untuk permainan video dengan gerakan mengegliat dan menyeret dirinya sendiri seperti zombi.



Alih-alih mengapresiasi, Miyazaki justru punya pandangan berbeda dari yang lain. Menurutnya, AI memberikan gerakan aneh yang tidak sesuai dengan imajinasi manusia.

"Saya mengenal seorang teman yang memiliki disabilitas. Sangat sulit baginya untuk sekedar melakukan tos. Lengannya yang berotot kaku tidak dapat menjangkau tangan saya. Sekarang, memikirkan dia, saya tidak sanggup menonton hal-hal ini dan menganggapnya menarik," ujarnya.

"Siapa pun yang menciptakan hal ini sama sekali tidak tahu apa itu rasa sakit. Saya benar-benar merasa jijik. Saya benar-benar merasa bahwa ini merupakan penghinaan terhadap kehidupan itu sendiri," lanjutnya.