Ngawi Bakal Punya Wisata Sejarah Unggulan
Benteng Pendem, bakal menjadi wisata sejarah unggulan Kota Ngawi. Pemda bakal merenovasi benteng yang dibangun sejak tahun 1839 itu. Bangunan yang masuk cagar budaya ini dulunya bernama Benteng Van Den Bosch dan berlokasi di Kelurahan Pelem, Kecamatan Kota Ngawi, Ngawi, Jawa Timur.
Sebutan Benteng Pendem diberikan karena merupakan bangunan benteng pertahanan pasukan Belanda di bawah pimpinan Johannes Van den Bosh. Bangunan ini di bawah permukaan tanah dan hampir seluruh bangunan tidak terlihat dari kejauhan. Karena itu benteng ini seperti terpendam dalam tanah.Bangunan yang dibangun tahun 1839 dan selesai pada tahun 1845 tersebut dulunya merupakan markas besar pasukan Belanda. Sekaligus sebagai benteng pertahanan dari perlawanan pasukan Pangeran Diponegoro.
Beberapa bangunan yang terdapat di dalamnya diantaranya digunakan sebagai ruang pimpinan, pasukan, ada pula yang berfungsi sebagai gudang amunisi.
Bangunan yang masih berdiri kokoh ini bakal direvitalisasi dan menjadi destinasi wisata sejarah unggulan, setelah Kemenpar menyetujui anggaran Rp 11 miliar yang diajukan pemerintah setempat. ‘’Sebenarnya kami mengajukan Rp 21 miliar, tapi yang disetujui Rp 11 miliar,’’ kata Kabid Pariwisata Disparpora Ngawi, Warsito.
Warsito menuturkan informasi itu diperoleh setelah pihaknya bertandang ke Kemenpar pertengahan Mei lalu. Untuk mempresentasikan rencana program pembangunan tempat wisata di Ngawi. Itu merupakan buah dari keseriusan pihaknya terhadap pengembangan potensi wisata yang ada di Bumi Orek-Orek –julukan Ngawi-.
Masterplan dan rule of the game
Sejumlah tempat wisata yang diproyeksikan pengembangannya dipaparkan dalam pertemuan tersebut. ‘’Kami bertemu langsung Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Wisata Budaya Kemenpar, Lokot Ahmad Enda,’’ ungkapnya.
Pihaknya, masih berupaya melakukan pertemuan lanjutan untuk mengkaji Perjanjian Kerja Sama (PKS) pasca Memorandum of Understanding (MoU) diteken. Rencananya pertemuan itu akan dihadiri perwakilan dari Yon Armed 12 Kostrad Ngawi, Komando Daerah Militer (Kodam) V/Brawijaya, Divisi Infanteri (Divif) 2 Kostrad, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) perwakilan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Madiun. ‘’Minggu depan kami jadwalkan, suratnya baru turun hari ini (kemarin) dari meja pak Bupati,’’ jelasnya.
Dia berharap, ada titik terang dari pertemuan tersebut. Sehingga, anggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (Silpa) Bantuan Keuangan (BK) Provinsi Jawa Timur (Jatim) tidak hanya ngendon di kas daerah. Sebab bantuan senilai Rp 2,5 miliar itu sudah masuk ke kas daerah sejak 2015.
Dia memastikan, anggaran tersebut langsung dapat diserap pasca PKS itu tercapai. Sebab pihaknya sudah menyiapkan masterplan dan Detail Engineering Design (DED) benteng pendem tahun lalu. PKS yang akan dibahas dalam pertemuan pekan depan itu akan menjelaskan rule of the game dari pengelolaan benteng pendem. Mulai dari pembagian keuntungan, wilayah kerja, dan wilayah pembangunan. ‘’Hak dan kewajiban kedua pihak juga dibahas di PKS itu secara detail,’’ tambahnya.
Plt Sekretaris Daerah (Sekda) Ngawi Moh Sodiq Triwidiyanto berharap agar proses pengelolaan benteng pendem dapat memberikan dampak besar bagi daerah. Tak hanya bagi wisata di Ngawi, tapi mampu menarik minat investor lain dalam berinvestasi.
Dekat dengan ikon Borobudur
Menurutnya, bukan tidak mungkin keberadaan benteng pendem dapat memberikan sumbangsih bagi iklim investasi di Bumi Orek-Orek. Misalnya bidang perhotelan, wisata alam, dan industri. ‘’Jadi berbagai inovasi yang sudah terealisasi manfaatnya bisa dirasakan secara luas, tidak hanya bidang wisata saja,’’ pungkasnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebut, lokasi Ngawi itu tidak terlalu jauh dari Joglosemar. Kawasan Jogja Solo Semarang yang dikembangkan sebagai destinasi prioritas dengan ikon Borobudur. Ngawi bisa ditempuh dari Solo dengan cepat. “Karena itu sudah benar jika Pemda membangun destinasi wisata yang kelak bisa dipromosikan bersama dengan atraksi di Joglosemar,” kata Menpar, Arief Yahya.
Keberhasilan tergantung kepala daerah
Selain itu, 50% sukses tidaknya Pariwisata di daerah itu ditentukan oleh CEO Commitment, atau keseriusan kepala daerahnya. Dia mencontohkan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang sangat getol berjuang agar Pariwisata di wilayahnya maju pesat. Dia temukan banyak hal, karena memang concern di Pariwisata. “Saya kira daerah lain bisa benchmark dengan Banyuwangi agar memperoleh inspirasi untuk membangun Pariwisata di daerahnya,” kata Arief Yahya.***