Netizen China Bakal Punya Rapor 'Kelakuan di Dunia Maya', Ada Hukumannya
Ilustrasi pembatasan internet. (Foto: FLY:D/Unsplash)
Uzone.id -- Pernah membayangkan apa jadinya jika setiap gerak-gerik kita dipantau oleh negara dan mempengaruhi ranking atau reputasi kita di kehidupan sehari-hari? Nah, netizen China sepertinya akan memiliki rapor berisi kelakuan mereka di dunia maya. Konsep ini bukanlah premis film distopia, namun sebuah realita di Negeri Panda.Jika kalian pernah nonton ‘Nosedive’ di serial ‘Black Mirror’ gubahan Netflix, episode ini menceritakan gaya hidup futuristik dengan sentuhan distopia di mana orang-orang melihat reputasi dan validasi kehidupan sehari-hari dari popularitas media sosial. Lain halnya dengan pemerintah China.
Reputasi sosial warga China diatur sedemikian rupa oleh pemerintah agar perilaku mereka tidak menyimpang. Mungkin banyak yang belum tahu, Partai Komunis China telah membuat sistem peringkat moral selama beberapa tahun yang bisa memantau perilaku penduduknya. Peringkat tersebut akan mendasar pada reputasi sosial tersebut.
Baca juga: Orang Miskin di China Pakai iPhone, Gimana yang Kaya?
“Sistem reputasi sosial” pertama kali diumumkan pada tahun 2014. Dianggap sebagai komponen penting dari sistem pasar ekonomi Sosialis dan sistem pemerintahan sosial, konsep ini bertujuan untuk memperkuat gagasan bahwa “menjaga kepercayaan adalah mulia dan menghancurkannya adalah tercela.”
Peringkat sosial warga China ditentukan oleh tim perencanaan ekonomi pemerintah setempat, National Development and Reform Commission (NDRC), People’s Bank of China, dan sistem pengadilan China.
Sistem ini dapat membuat peringkat atau reputasi sosial tiap individu naik atau turun -- semuanya bergantung pada perilaku masing-masing.
Sebagai contoh, jika ada warga yang ketahuan mengemudi sambil mabuk, merokok di zona bebas rokok, menyebar hoaks, hingga keranjingan video game, pemerintah tak segan-segan untuk memberi hukuman.
Hukuman yang dianggap setimpal ini meliputi pelarangan pergi menggunakan pesawat, dilarang lanjut pendidikan lebih tinggi lagi, sampai memangkas kecepatan internet.
"Saya merasa perilaku orang-orang menjadi lebih baik. Contohnya, ketika kami menyetir mobil, sekarang jadi selalu berhenti di depan zebra cross. Kalau tidak berhenti, kita akan kehilangan skor. Awalnya kita melakukan ini memang karena takut peringkat jadi turun, tapi lama-lama menjadi kebiasaan," ungkap warga bernama Chen kepada portal Foreign Policy pada 2018.
Portal Wired mewartakan kalau setiap orang diberikan kode unik untuk diri masing-masing yang digunakan untuk mengukur skor reputasi sosial mereka secara real-time. Namun, metodologi detailnya dirahasiakan.