Kenali Longsor dan Tanda-tandanya
Longsor dan banjir tercatat sebagai bencana yang paling banyak terjadi di Indonesia. Berdasarkan catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dua bencana ini menjadi bencana dengan kejadian tertinggi di 2017.
Banjir tercatat mencapai 729 kejadian, tanah longsor 573 kejadian, sementara banjir disertai tanah longsor mencapai 69 kejadian. Korban jiwa atas bencana longsor jadi kejadian yang paling memakan korban jiwa dengan 109 orang tewas dan hilang.
Kenali longsor
Untuk mengenali tanda-tanda longsor, Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB menyebut hal itu sulit dilakukan jika longsor yang terjadi adalah longsor tipe cepat.
Sementara untuk longsor tipe perlahan menurutnya masih bisa diantisipasi. Sebab, longsor tipe ini bisa dikenali dengan adanya retakan pada bangunan atau beton penahan tanah, ada amblesan, ada tiang listrik atau pohon miring, dan mata air sumur atau di lereng menjadi keruh. "Itu tanda longsor potensi," tuturnya saat dihubungi CNNIndonesia.com via sambungan telepon, Selasa (6/2).
Hal inilah yang menurut Sutopo membuat longsor menjadi bencana yang paling sering memakan korban jiwa. "Sering terjadi longsor kecil, tapi langsung timbuh rumah," lanjut pria yang biasa disapa Topo itu.
Sehingga ia mengimbau kepada warga yang tinggal di dekat lereng agar lebih waspada.
"Masyarakat yang tinggal dilereng harus lebih waspada saat terjadi hujan deras, tapi tak bia dipastikan (kapan longsor akan terjadi)."
Warga yang tinggal di daerah dengan materi tanah aluvial atau tanah lempung (tanah liat) juga diperingatkan punya potensi rawan longsor ketika terjadi hujan.
Sebab, menurutnya, air yang menyerap dan tertampung di dalam tanah jadi memiliki tekanan setengah ton permeterpersegi. Dengan demikian, beban tanah yang bisa ditahan oleh bangunan penahan longsor makin besar. Disisi lain kohesi atau daya lekat lereng berkurang, sehingga rawan longsor.
Terkait longsor yang terjadi di bandara, Sutopo menyebut bahwa Jakarta sebenarnya tak masuk dalam peta rawan bencana longsor. Ia memperkirakan hal tersebut terjadi lantaran kurang cermatnya konstruksi.
"Untuk (potensi longsor di) perkotaan, konstruksi harus kuat, perencanaan engineering harus betul."
Tata ruang
Masalah utama untuk mencegah longsor agar tak makan korban jiwa adalah agar Pemda mengatur tata ruang agar daerah rawan longsor tak ditinggali warga.
"Ada jutaan yang tinggal di daerah rawan longsor tinggi. Banyak tersebar di Jabar dan Jateng...Peta rawan longsor sudah ada sejak dulu, tapi tidak dijadikan dasar."
Untuk itu, Sutopo menyebut agar zona rawan longsor dibatasi untuk pemukiman. Apalagi ia menilai kemampuan mitigasi yang masih minim.
Salah satu pencegahan lain adalah dengan memperkuat daerah rawan longsor. Misal dengan membuat talud beton di lereng. Meski demikian, bangunan tidak menjamin 100 persen bangunan akan mampu menahan longsor.
Peringatan dini
Sebelumnya, BNPB bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) membangun 72 unit sistem peringatan dini longsor.
Sistem peringatan dini longsor ini melibatkan masyarakat setempat. Bentuk sistem peringatan dini berupa kelompok siaga bencana tingkat desa, pembuatan denah dan jalur evakuasi, hingga komitmen Pemda untuk cegah longsor.
Namun, sistem peringatan dini tersebut masih dirasa kurang. Sebab, sebenarnya dibutuhkan ratusan ribu unit sistem peringatan dini longsor untuk menjaga seluruh daerah rawan longsor.