Kejanggalan Robot Trading yang Luput dari Perhatian Milenial
Foto: Unsplash
Uzone.id -- Zaman makin canggih, masyarakat seakan harus siap dengan perkembangan teknologi yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Istilah robot trading pun menyeruak di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda yang ingin mencicipi investasi kekinian dengan cara mudah.Konsep “robot trading” sendiri memiliki arti bahwa transaksi investasi yang terjadi menggunakan sistem algoritma secara otomatis. Ia memanfaatkan sinyal pergerakan pasar untuk menentukan apakah melakukan tindakan beli atau jual pada titik waktu tertentu.
Dengan kata lain, siapapun yang menggunakan robot trading, maka ia tidak perlu repot memantau pasar atau memikirkan strategi beli dan jual. Mirisnya, masih belum banyak yang sadar bahwa praktik robot trading ini jauh dari kata untung.
“Robot trading hanya kedok, aslinya ini adalah money game atau sistem ponzi,” tutur pemerhati dan praktisi investasi Desmond Wira saat dihubungi Uzone.id, Rabu (6/10).
Ia melanjutkan, “masyarakat harus tahu, penawaran investasi dengan robot trading yang saat ini sedang marak di Indonesia kebanyakan sebenarnya adalah investasi bodong.”
Baca juga: Teknologi Robot Trading, Tren Investasi Kekinian
Dari penjelasan Desmond, konsep money game yang dimaksud adalah ketika profit yang dibayarkan untuk member lama berasal dari setoran member baru. Dengan kata lain, sebenarnya tidak ada profit yang dihasilkan, namun memutarkan uang member. Bahasa awamnya, seperti gali lubang tutup lubang.
“Penawaran robot trading memang menggiurkan karena profit yang ditawarkan sangat besar, tapi sangat berbahaya. Jika suatu saat skema money game tersebut ambruk, nasabah akan kehilangan seluruh uang yang dimasukkan,” imbuhnya.
Hal yang perlu diperhatikan adalah tren robot trading ini memang masih sulit mengenali kejanggalan-kejanggalan yang ada bagi masyarakat awam. Namun, di mata orang yang sudah berpengalaman, tentu robot trading bodong ini mudah untuk diidentifikasi.
Salah satu yang mudah dikenali adalah statistik trading yang terlalu ‘indah’, seperti tidak pernah loss, hanya bisa digunakan di broker tertentu saja, trading direkayasa, trading yang terlambat dibandingkan pergerakan harga sebenarnya, hingga mayoritas digunakan broker forex yang tidak teregulasi dengan baik dan beralamat di negara offshore yang tak terjangkau hukum.
Desmond mencatat, jenis broker yang tak terjangkau hukum itu artinya apabila terjadi scam, uang nasabah pasti hilang dan tidak akan kembali.
“Masyarakat harus check dan recheck terus. Jangan asal percaya dengan orang yang menawarkan dan mudah tergiur dengan penawaran yang terlalu indah alias too good to be true. Karena biasanya yang terlalu indah itu penipuan,” tukasnya.
Baca juga: Investasi Pakai Robot, Diminati Kaum Milenial
Tren robot trading ini tak selamanya selalu bodong, karena pada dasarnya ada yang nyata. Robot trading yang asli sudah lazim digunakan di luar negeri dan bisa membantu para trader secara efektif.
Tantangan di Indonesia, robot trading yang asli sulit dipakai oleh masyarakat awam, sebab biasanya membutuhkan skill khusus, terutama untuk pengaturan parameter seperti berapa lot yang dipakai, dan lain-lain.
Seperti diketahui juga, robot trading asli secara umum harus ditempatkan di server khusus yang disebut VPS, atau Virtual Private Server agar dapat berjalan selama 24 jam. Inilah yang menyebabkan masyarakat awam sulit menggunakannya.
VIDEO: Unboxing Vivo X70 Pro