Indosat ‘Kawin’ Dengan Tri, Kisah Merger Telekomunikasi Paling Sukses?
Uzone.id — Warga Indonesia mungkin sempat dibikin kaget kala itu dengan pengumuman Indosat Ooredoo dan Tri Hutchison yang pertama kali mengumumkan untuk bersatu (merger) pada September 2021.
Lalu, dengan proses yang terbilang singkat, bulan kemudian tepatnya pada 4 Januari 2022 mereka resmi ‘kawin’ dan menyandang nama baru, Indosat Ooredoo Hutchison.Setahun bersama, keduanya terlihat tetap mesra dengan jumlah pengguna pada akhir Desember mencapai 100 juta pengguna.
Indosat Ooredoo Hutchison mencatat laporan laba bersih pada tahun 2022 sebesar Rp4.723,4 miliar, dengan peningkatan sebanyak 76,2 persen YoY. Pelanggan seluler juga meningkat sebesar 62,5 persen menjadi 102,2 juta dari awal pertama merger sebanyak 96,2 juta pelanggan.
Kawinnya Indosat dan Tri ini bukan yang pertama di dunia, bahkan di Indonesia. Ada merger-merger lainnya di seluruh dunia yang sudah lebih dulu dilakukan. Namun, ada hal yang cukup dibanggakan IOH dalam keputusan mereka untuk bergabung.
Steve Saerang, Senior Vice President Corporate Communications Indosat Ooredoo Hutchison menceritakan success story dari penggabungan kedua perusahaan telco besar Indonesia ini dalam acara Uzone Talks, Kamis, (23/03).
Dari yang awalnya diragukan, kini malah menjadi cerita manis yang dibagikan ke seluruh dunia lewat pagelaran MWC 2023 di Barcelona, Spanyol beberapa waktu lalu.
“Waktu saat kita merger, ada satu lembaga paling independen dan terdepan dunia Fitch Rating memberikan nilai yang sangat buruk untuk Indosat, yaitu A minus,” ujar Steve.
“Menurut mereka, merger akan membuat sebuah perusahaan yang sebelumnya growth akan cenderung stagnan, bahkan mereka merasa (Indosat) akan kehilangan customer serta revenue,” sambungnya.
Melihat pada kisah-kisah merger telekomunikasi sebelumnya, sebut saja AT&T dengan T-Mobile, Starcomms, Multilinks dan lainnya, sebagian besar dari mereka gagal melakukan merger.
Tak heran kalau pertanyaan pesimistis seperti ‘How many customers that you’re going to lose? How much revenue are you going to lose?’ dilontarkan oleh pihak Fitch Ratings kala itu.
Dengan percaya diri, Indosat Ooredoo Hutchison kemudian menjawab pertanyaan itu sekaligus membuktikannya dengan pertumbuhan keuangan yang mencapai 76,2 persen serta jumlah pelanggan yang juga turut naik dalam waktu satu tahun setelah merger.
“Hasil ini membuat semua terbelalak, karena almost semua merger telekomunikasi di dunia tak pernah ada yang sukses. Semuanya failed, at least satu atau dua tahun pertama, bahkan ada yang failed terus,” kata Steve.
“Belum ada success story sebelumnya, dan akhirnya Indosat Ooredoo Hutchison membawa success story tersebut,” tambahnya.
Cerita kesuksesan ini membuat pihak Mobile World Congress terpikat dan mengundang IOH sebagai salah satu contoh perusahaan yang sukses melakukan merger di tengah banyaknya perusahaan yang tak berhasil mencapai pertumbuhan bahkan keuntungan setelah bergabung.
“Kita menjadi satu contoh bahwa sebenarnya merger itu bagus dan membuat perusahaan bertumbuh, serta menjadi inspirasi bagi perusahaan telekomunikasi yang sedang suffer di seluruh dunia setelah pandemi,” tambahnya.
Steve menambahkan, di tengah ketidakstabilan ekonomi dan struggle yang dialami oleh berbagai perusahaan, merger diklaim sebagai sebuah jawaban dan jalan keluar. Namun, ketakutan dari para pemegang saham ini menjadi sebuah ‘PR’ besar yang harus diselesaikan.
Kisah kesuksesan dan kemesraan Indosat dan tri ini tentunya akan menjadi contoh nyata bagi berbagai perusahaan dimana ada lho perusahaan telekomunikasi yang sukses bersatu dan berbuah manis hanya dalam waktu kurang lebih satu tahun setelah ‘kawin’.