Cara Hemat Liburan Sekeluarga ke Jepang
Menurut Japan National Tourism Organization, sepanjang tahun 2016, ada 270 ribu wisatawan asal Indonesia yang berkunjung ke Indonesia. Jumlah ini meningkat tajam hingga 32 persen dibandingkan tahun 2015.
Walau untuk tahun 2017 belum angka wisatawan lokal secara resmi dirilis, namun agaknya lonjakan yang berkunjung ke negara Sakura itu pasti terjadi. Dan saya adalah tiga dari (mungkin) ratusan ribu yang telah menikmati Jepang di tahun ini.Berkunjung ke Jepang adalah cita-cita saya sejak kecil. Ada alasan emosional mengapa saya memilih negeri ini, pertama karena sejak masih pakai celana monyet hingga kini pakai celana skinny saya dijejali hal berbau Jepang.
Mulai dari anime seperti Ksatria Baja Hitam, Jetman, Winspector, Gundam hingga manga macam Detektif Conan, Doraemon, Kariage Kun, Crayon Shincan ataupun Kobo-chan. Belum lagi ibu saya tak pernah ketinggalan serial drama Oshin dan Tokyo Love Story.
Kedua, negara ini tak terlalu jauh dari Jakarta, hanya 7 jam penerbangan. Dan nasi masih menjadi makanan utama mereka. Itu yang penting.
Intinya, Jepang selalu terbayang-bayang di hati dan pikiran saya.
Datang ke Jepang untuk bekerja tentu akan berbeda dengan menikmatinya sambil berlibur. Syukurnya, kesempatan itu datang, saya bisa berlibur bersama istri dan anak saya. Kami bertiga datang ke Jepang saat bulan September.
Perlu dicatat, setahun belakangan memang tiket ke negara itu sudah semakin murah baik secara direct (langsung) ataupun transit.
Saat itu, saya berhasil mendapatkan tiket ke Tokyo, Jepang dengan harga Rp 3,8 juta PP menggunakan Japan Airlines.
Setelah mendapatkan tiket murah, yang saya harus pikirkan adalah akomodasi selama di sana.
Karena seperti kita tahu, negara ini memang terkenal sebagai salah satu negara dengan biaya yang hidup yang sangat mahal.Itu faktanya, namun semua masih bisa diakali.
Bagi Anda baru pertama berpergian ke Jepang bersama keluarga, mungkin tips dan itenary selama 5 Hari ini di Tokyo bisa menjadi bahan rujukan.
Tempat menginap
Tokyo atau kebanyakan kota besar lainnya, mempunyai lahan yang sempit dan padat. Sehingga tak mengherankan biaya sewa hotel di sana tergolong tinggi.
Memang sejak ada layanan sejenis Airbnb, pelancong mendapatkan alternative untuk menginap.
Namun, saya sendiri akhirnya tetap memilih hotel. Kenapa? Karena saya membawa anak di bawah 7 tahun, single bed untuk ditempati tiga orang rasanya tidak terlalu bermasalah.
Harga pada akhirnya yang menjadi perbandingan. Bila diperhatikan pada dasarnya, harga AirBnb dengan Hotel tidak terlalu jauh berbeda. Malahan, saya bisa mendapatkan harga hotel nyaman dan bersih dengan harga lebbih murah AirBnb terlihat murah untuk yang berpergian dengan teman, karena bisa sharing cost.
Saya sendiri berhasil mendapatkan kamar hotel dengan biaya Rp 600 ribuan dan lokasi yang sangat-sangat strategis, dekat dengan ragam lokasi wistawan dan pilihan stasiun kereta.
Memang, apartemen dan fasilitas apartement lebih luas. Namun kembali lagi, kalau ada yang lebih murah mengapa ambil yang mahal?
Makanan
Jepang terkenal dengan makanan yang enak. Baik itu di pinggir jalan hingga restoran. Tapi hati-hati, bagi muslim, banyak makanan berbahan tidak halal. Untuk mengakali, selain membawa persiapan dari Indonesia, ada sejumlah situs yang memberikan rekomendasi makanan halal, beralamat halalmedia.jp
Oh iya, rata-rata makan satu porsi di sana antara 500 yen hingga 1.000 yen, jadi memaksa pengeluaran untuk makan sebesar 1.000 yen per hari rasanya cukup.
Pengalaman saya, untuk sarapan pagi diisi dengan onigiri seharga 250 yen, ini cukup memberikan energy hingga siang. Baru siang makan yang agak ‘mahal’, seperti ramen atau bento. Malamnya, makan dengan lauk dibawa dari Indonesia atau diseling dengan mie instan.
Soal minuman, malah bisa didapatkan gratis. Karena air keran di negara ini aman untuk diminum. Pun demikian beberapa restoran menyediakan air putih gratis.
Transportasi
Karena kami berpergian bukan menggunakan travel, maka selama berpergian di sana mengandalkan transportasi umum, seperti kereta atau bus. Jepang memang sangat maju soal transportasi, bahkan untuk ibu yang membawa stroller untuk bayi pun tidak akan kesulitan.
Di sana, ada banyak operator atau perusahaan yang menjalan kereta listrik.
Agar murah, biasanya wistawan asal Indonesia membeli JR Pass. Tiket terusan seharga Rp 3,5 juta ini dapat digunakan secara bebas baik shinkansen maupun kereta listrik biasa asal masih di jalur JR.
Nah, JR Pass ini sebetulnya sangat pas digunakan untuk wisatawan yang berpergian tak hanya ke Tokyo. Misal ke Osaka atau Kyoto.Namun, bila hanya berkeliling Tokyo dan sekitarnya saja, ini boleh dibilang tergolong mahal.
Maka kartu Pasmo atau Suica adalah solusinya. Bisa saja sih, kami menggunakan Tokyo Metro Pass, namun itu hanya terbatas di satu operator kereta saja. Kenapa?
Karena sistem kereta di Jepang sangat rumit, ada banyak jenis kereta dan perusahaan kereta. Jadi kalau punya kartu suica atau pasmo, kita tidak perlu repot membaca kanji dan mencari biaya kereta ke stasiun tujuan, hanya tinggal menyentuhkannya saja di pintu tiket.
Oh ya, untuk anak-anak di bawah 12 tahun jangan ragu untuk meminta kartu Suica dan Pasmo khusus untuk mendapatkan diskon 50 persen.
Setelah beberapa hal penting tadi sudah disisihkan biayanya, hal penting lainnya dari perjalanan ini adalah soal itenary atau daftar tempat dikunjungi.
Karena keluarga kami baru pertama kali ke Jepang, maka tempat yang dikunjungi merupakan lokasi mainstream yang biasa dikunjungi oleh wisatawan.
Hari Pertama:
Menuju Disneyland, theme park terbesar di Tokyo ini menjadi agenda wajib terlebih bagi Anda yang mengajak bersama anak-anak. Tiketnya memang tergolong mahal mencapai Rp 900 ratus ribu dan bisa dipesan di Indonesia.
Setelah seharian di Disneyland, kami langsung menuju ke Odaiba yang hanya berjarak 15 menit dari Disneyland.
Di sini, kami menikmati Liberty Statue dengan keindahan Teluk Tokyo. Oh ya, bagi saya yang penggemar Gundam, ini adalah surga tempat membeli Gundam Plastic atau Gunpla yang dijual di Diver City Mal.
Di halaman Diver City juga terdapat Gundam berukuran 1:1 alias raksasa yang sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan.
Hari kedua
Tujuannya agak ke luar kota Tokyo sedikit. Tepatnya menuju Kawaguchiko untuk melihat danau dengan latar Gunung Fuji. Untuk ke sana, kami menggunakan bus khusus. Kartu Pasmo tak berlaku di sini dan tiket bisa dibeli secara online atau on the spot.
Karena terminasl bus yang kami tumpangi berada di Shinjuku. Maka bisa sekalian berkeliling di kawasan tersebut sebelum ke hotel.
Hari Ketiga
Kami kembali agak ke luar sedikit dari Tokyo, tepatnya berada di kawasan Kawasaki. Di sini tempat komikus legendaris Fujiko F.Fujio yang terkenal dengan komik Doraemon menata kehidupannya. Museum Doraemon yang berjarak 45 menit dari pusat kota Tokyo sangat menarik.
Harga tiket museum ini hanya 1.000 yen dan hanya bisa dibeli melalui minimarket Lawson yang tersebar di Tokyo.
Selain bernostalgia menikmati goresan komik Fujiko, Anda juga bisa menikmati ketenangan kota Kawasaki, yang memang berada di pinggiran kota besar tersebut.
Dari sana, kami kembali ke Shibuya. Di sini bisa berfoto-foto dekat patung Hachiko dan perempatan Shibuya yang terkenal itu.
Hari Keempat
Inilah waktu untuk berburu oleh-oleh dan street food. Hal pertama yang kami kunjungi adalah Akhiabara, di sini kami berburu segala macam pernak-pernik yang berbau Jepang. Bagi penggemar elektronik dan action figure, kawasan ini adalah surga karena banyak produk yang dijual sangat murah.
Selepas dari sana, kami menyempatkan diri ke Asakusa sebelum kembali ke Jepang. Di sini ada Kuil Sensoji yang legendaris di kalangan wisatawan. Masuk di sini gratis.
Bila ingin menikmati ramen halal, di sini tempatnya. Karena tak jauh dari Kuil Sensoji. Cicipi juga makanan seperti kue beras atau kue melon yang sangat enak.
Hari Kelima
Hari terakhir di Jepang. Karena kami penerbangan malam, kami sempatkan dahulu mampir di Tokyo Skytree yang jalur keretanya serarah ke Bandara. Tak usah takut membawa-bawa koper besar, karena di sini banyak loker untuk penitipan barang.
*) 1 Yen = Rp 120.62