Beauty and the Beast, Film Dongeng Dewasa?
Selama ini banyak yang beranggapan bahwa film-film Disney hanya untuk anak-anak karena memuat dongeng dengan berbagai macam keajaiban, khas cerita pengantar tidur untuk anak.
Siapa sangka baru-baru ini, Rusia mengategorikan film live action yang diadaptasi dari animasi Beauty and The Beast sebagai film dewasa, atau khusus penonton berusia 16 tahun ke atas. Rupanya hal ini terjadi dengan pertimbangan peraturan konstitusi yang berlaku di negara tersebut.Beberapa waktu silam Perdana Mentri Rusia, Vladimir Putin, menyatakan bahwa Rusia memerangi penyebarluasan dan propaganda orientasi seksual menyimpang seperti homoseksualitas.
Sedangkan live action Beauty and the Beast kali ini adalah film Disney pertama yang memunculkan tokoh gay. Diceritakan, Gaston, tokoh antagonis dalam film ini, memiliki tangan kanan bernama LeFou yang gay dan sangat mengagumi ketampanan tuannya. Segera saja kemunculan LeFou mengundang pro dan kontra dalam masyarakat.
Bagaimana dengan di Indonesia? Dalam artikel ini, Boykepedia akan mengulas beberapa hal seputar pro dan kontra seksualitas dalam film populer, khususnya di kalangan masyarakat Indonesia.
1. Orientasi Seksual Menyimpang adalah Kriminal
Dalam masyarakat kita, kisah cinta dan hubungan badan sesama jenis adalah dosa besar dan pelakunya harus dihukum seberat-beratnya. Film yang mengandung nilai-nilai dukungan terhadap kaum menyimpang akan sangat dibatasi peredarannya, salah satunya dengan pengategorian yang ketat.
Kembali ke konteks awal Beauty and the Beast, film tersebut dikategorikan sebagai film dewasa karena memuat unsur homoseksualitas di Rusia. Sedangkan di Indonesia, ratingnya adalah untuk 13 tahun ke atas. Jika ditilik lebih lanjut, ketertarikan Belle yang seorang manusia dengan Beast yang tidak lain adalah makhluk 'jadi-jadian' juga bisa dikategorikan sebagai penyimpangan seksual, namun ternyata bukan menjadi fokus utama pelarangan ini.
Di lain pihak, film animasi Disney berjudul Princess and Frog juga memuat percintaan manusia dan katak. Hal ini tidak menimbulkan pro dan kontra yang berarti, padahal dalam hukum yang berlaku, tidak diperkenankan hubungan antara manusia dan binatang. Dengan dalih ‘hanya dongeng kok’, seakan-akan jatuh cinta dengan sesuatu yang bukan manusia adalah hal yang wajar.
2. Ketakutan Masyarakat dengan Orang Homoseks (Homophobia)
Dianggap sebagai perilaku yang menjijikkan, orang-orang yang memiliki orientasi seksual terhadap sesama jenis dianggap seperti mengidap penyakit memalukan dan menular. Masyarakat disibukkan bagaimana caranya mengusir jauh-jauh dan membasmi pelakunya hingga tuntas. Begitu pun representasi karakter homoseksual dalam film yang seakan-akan adalah hama merugikan.
Dalam film Beauty and the Beast, LeFou memang bukan pemeran utama, namun seakan-akan pengaruh penyimpangan seksualnya akan berdampak sangat buruk terhadap penonton yang belum dewasa. Inilah wujud homophobia dalam masyarakat.
Orang-orang dengan orientasi seksual menyimpang memang ada di sekitar kita. Bahkan, orang-orang yang biasa kita anggap normal bisa jadi mengidap penyimpangan ini namun mereka tidak menunjukkan, karena orientasi seksual bersifat sangat pribadi. Kita tidak bisa begitu saja menghindari atau menyingkirkan mereka dalam kehidupan sosial.
3. Mengenalkan Orientasi Seksual kepada Anak
Lalu bagaimana cara menyikapi hal ini? Pendampingan orang tua sangat penting saat anak-anak menikmati media, seperti film, video game, bahkan buku bacaan. Orang tua hendaknya tidak menghindari atau mengalihkan topik saat anak bertanya tentang orientasi seksual yang mereka lihat di buku atau film. Jelaskan dengan kalimat sederhana yang mereka pahami.
Orang tua di Indonesia sebenarnya tidak terlalu memperhatikan kategori film yang akan mereka tonton bersama anak. Kategori dewasa bukan hanya tentang banyaknya adegan seksual, melainkan juga adegan kekerasan yang mengerikan. Hanya karena berlabel film superhero atau dongeng, film tersebut bukan berarti aman ditonton anak-anak. Orang tua harus benar-benar ketat dalam penyeleksian film yang boleh atau belum boleh ditonton oleh anak.
Nah, masih beberapa hari tayang di bioskop, apakah kamu ingin menonton film Beauty and the Beast bersama anak? Ada baiknya membaca review dan melihat trailernya terlebih dahulu sebelum memutuskan!