Apa Sih Bedanya Internet Starlink dengan Milik Operator?
Uzone.id – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan baru saja bertemu Elon Musk. Keduanya membahas beberapa hal, termasuk investasi Starlink di Indonesia. Pembahasan Starlink pun mendadak meluap ke permukaan.
Luhut awalnya menyampaikan hal ini dalam Instagram Reel yang diunggah pada 14 Agustus lalu. Bila Starlink berinvestasi di Indonesia, apa bedanya dengan internet operator seluler yang sudah ada sekarang?Dari penuturan Founder Indotelko Forum, Doni Ismanto, kesamaan antara Starlink dengan para operator seluler di Indonesia adalah sama-sama menyediakan akses internet. Bedanya, operator seluler untuk level aksesnya berbasis teknologi yang kita kenal dengan sebutan 3G, 4G, dan 5G.
“GSM lah istilahnya. Nah, kalau si Starlink ‘kan dia pakai satelit LEO [Low Earth Orbit]. Satelit itu ada GEO [Geostationary Earth Orbit] dan MEO [Medium Earth Orbit], ada LEO. Kalau Starlink pakai LEO yang paling rendah,” ungkap Doni saat dihubungi Uzone.id.
Ia melanjutkan, “nah, sebenarnya operator seluler kadang juga memanfaatkan basis untuk backbone-nya itu, atau dia pakai backhaul-nya satelit juga, tapi pakai GEO yang paling atas. Operator seluler sama-sama pakai frekuensi Ku Band, tapi bedanya mereka bandwidth-nya terbatas karena biasanya transponder [pemancar radio] disewa ramai-ramai.”
Secara teknis, menurut Doni densitas yang dihasilkan dari pengaturan tersebut renggang, terbatas, dan sedikit jumlah penggunanya.
“Lalu, ketika operator seluler sama-sama menggunakan backbone satelit sebagai akses internet dan diadu dengan LEO, ya kalah,” tukasnya.
Alasannya, karena LEO memiliki ribuan satelit, serta densitasnya lebih rapat berkat posisinya yang rendah. Maka, satelit-satelit di LEO seperti Starlink dipercaya mampu menyebarkan akses internet ke warga di Bumi tanpa harus reshare bandwidth, alias dedicated.
“Jadinya dia bisa [sajikan] kualitas akses internetnya kalau yang LEO ini, kalau yang digadang-gadangkan oleh Starlink itu serasa pakai FTTH [Fiber to The Home] karena dia rapat,” tutup Doni.
Seperti diketahui, Starlink sendiri, sejauh ini PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat) telah resmi mendapatkan hak labuh satelit Starlink dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada 2022.
Telkomsat menjadi pengguna korporat backhaul dalam penyelenggaraan jaringan tetap tertutup, bukan untuk layanan retail pelanggan akses internet secara langsung, alias B2B.
Dengan lisensi ini, Telkomsat diizinkan untuk memberikan layanan pada jaringan perantara yang menghubungkan infrastruktur backbone telekomunikasi milik TelkomGroup dengan tower BTS/ tower WiFi/ perangkat distribusi akses melalui fiber optik.
Hak labuh Starlink juga membuat Telkomsat semakin siap mendukung program pemerataan pembangunan jaringan telekomunikasi broadband dalam rangka memperkecil kesenjangan layanan digital di seluruh wilayah Indonesia.