Akhir Petualangan Didier Drogba sebagai Pesepak Bola
Perjalanan Didier Drogba sebagai pemain sepak bola akhirnya selesai. Sosok asal Pantai Gading itu resmi mengumumkan gantung sepatu pada Kamis (22/11/2018) pagi WIB ketika usianya menjejak 40 tahun.
Karier sepak bola Drogba sendiri tidak ditutup dengan cerita manis karena pada laga terakhir bersama Phoenix Rising --klub liga level kedua Amerika Serikat-- di final USL CUP, Jumat (9/11) lalu, Drogba gagal memberikan gelar juara usai timnya keok 0-1 dari Louisville City.Terlepas dari hasil negatif di laga pemungkasnya, Drogba tetaplah sosok agung di dunia sepak bola. Perjalanan kariernya selama 20 tahun sebagai pemain profesional penuh dengan tinta emas yang tercermin dari catatan 367 gol dari 679 pertandingan serta sederet prestasi kolektif lainnya.
Dalam curriculum vitae Drogba, ada empat gelar juara Premier League, empat Piala FA, tiga Piala Liga Inggris, satu Super Liga Turki, satu Piala Turki, dan satu Piala Super Turki. Namun, dalam salam perpisahan di akun Instagram pribadinya, Drogba menyebut perjalanan kariernya tak cuma menyoal gelar dan gol, tapi juga kedewasaan sebagai manusia.
"Ketika memikirkan tentang 20 tahun perjalanan karier profesional saya, kemudian melihat gambar (di mana saya memulai semuanya). Saya bisa bilang yang lebih membanggakan dari apa yang telah diraih sebagai pemain adalah bagaimana perjalanan ini membentuk saya menjadi seorang pria sejati," tulis Drogba.
"Ketika orang-orang mengatakan bahwa mimpimu terlalu besar, katakan saja 'terima kasih' serta berusahalah lebih keras dan lebih cerdas untuk mewujudkan mimpi itu. #alwaysbelieve. Terima kasih untuk semua pemain, manajer, tim, dan penggemar yang saya jumpai dan membuat perjalanan ini menjadi lebih indah."
"Juga untuk keluarga dan orang-orang terdekat saya yang selalu mendukung karier saya apa pun yang terjadi baik itu sedang di atas atau sedang turun. Saya menantikan bab baru dalam hidup dan semoga Tuhan selalu memberkati saya seperti yang dilakukan-Nya pada karier sepak bola saya."
Drogba benar soal berkah yang diberikan pada karier sepak bolanya. Memulai perjalanan di Ligue 2 bersama Le Mans pada 1998, Drogba yang sempat bermasalah soal kondisi fisik bisa bangkit dan menorehkan 14 gol dari 70 penampilan hingga 2002, sebelum akhirnya pindah ke Guingamp.
Bersama Guingamp, sinar Drogba semakin terang. Hanya bermain selama satu setengah musim, Drogba menorehkan 23 gol dari 49 laga. Mulai dikenalnya Drogba di Ligue 1 membikin klub besar macam Olympique Marseille kepincut menggunakan jasanya dan rela membayar 3,3 juta poundsterling pada 2003.
Hanya satu musim Drogba bertahan di Marseille. Bukan, bukan karena melempem, tapi kesuburannya di depan gawang lawan dengan torehan 32 gol dari 55 laga membuat Chelsea bergerak cepat dengan menggaetnya via transfer sebesar 24 juta poundsterling.
Bersama The Blues, Drogba mencetak 164 gol dari 381 penampilan dalam dua periode (2004-12 dan 2014-15). Lantas, di masa senjanya sebagai pemain, Drogba melanglang buana ke berbagai penjuru dunia. Tim-tim seperti Shanghai Shenhua, Galatasaray, Montreal Impact pernah mendapat jasanya, sebelum Phoenix Rising menjadi labuhan terakhir.
Menariknya, Drogba memiliki setengah kepemilikan di Phoenix Rising sehingga sangat memungkinkan melihat Drogba mengikuti jejak David Beckham yang mengelola tim sendiri di MLS. Apalagi, Drogba belum memutuskan untuk terjun ke dunia kepelatihan.