Ada 36 Ribu Gerai McDonald’s di Dunia, Kenapa Tak Satu pun di Bolivia?
Restoran cepat saji McDonald’s merupakan salah satu yang terbesar di dunia, dengan total jumlah gerai sebanyak 36 ribu di seantero jagad. Tapi kini tak ada satu pun gerai McDonald’s di Bolivia, salah satu negara di Amerika Selatan.
Padahal di seluruh Amerika Selatan, restoran yang dikenal dengan menu burger-nya itu, punya 1.400 gerai. Mengutip CNBC, Restoran yang didirikan oleh dua bersaudara Richard ‘Dick’ J. McDonald dan Maurice ‘Mac’ McDonald tersebut, sebenarnya pernah punya 8 gerai di Bolivia.Keberadaan McDonald’s, dan juga sejumlah korporasi asing di Bolivia, bermula dari keadaan buruk di negara tersebut. Pada 1985, Bolivia mengalami krisis ekonomi parah. Masalah berlanjut hingga tahun berikutnya Bolivia mengalami inflasi sampai 11.000 persen.
Untuk mengatasi hal tersebut, Presiden Victor Paz Estenssoro yang berkuasa saat itu, mengubah arah kebijakan ekonomi Bolivia. Termasuk dengan mengundang investor asing. Masa invasi korporasi global ke Bolivia pun dimulai.
McDonald’s adalah salah satunya. Gerai pertama restoran cepat saji itu berdiri di Bolivia pada 1997.
Ekonomi negara penghasil daun koka (mengandung kokain) terbesar di dunia itu pun mulai menggeliat. Sepanjang 1985-1997, pertumbuhan ekonomi mencapai 4 persen.
Dalam dua tahun sejak restoran pertamanya berdiri, McDonald’s sudah punya enam gerai di Bolivia. McDonald’s juga menawarkan menu khusus, yang mengikuti selera masyarakat Bolivia yang menyukai pedas. Termasuk membuat menu-menu lokal seperti Ilajua, semacam pastel berisi sayuran.
Hal serupa itu, jadi strategi pemasaran global McDonald’s. Seperti juga di Indonesia yang menawarkan nasi, tapi tidak di outlet mereka di negara-negara lain. Di Norwegia terdapat McLaks, yaitu sandwich salmon. Di India terdapat Maharaja Macs dengan daging kambing dan McAloo Tikki burger untuk umat Hindu vegetarian.
Hingga akhirnya McDonald’s punya delapan gerai di Bolivia. Tapi pada 2002, perusahaan memutuskan menutup semua bisnis mereka.
"Kami mengalami kerugian di pasar Bolivia selama beberapa tahun berturut-turut," kata mantan Wakil Presiden McDonald Amerika Selatan, JC Gonzales-Mendez.
Keadaan itu bermula dari kebijakan pemerintah yang anti-asing, khususnya Barat.
“Makanan cepat saji di Barat banyak merugikan manusia. Perusahaan makanan multinasional besar berupaya mengendalikan produksi makanan dan mendominasi pasar global dengan menerapkan kebiasaan dan makanan mereka,” kata Presiden Bolivia, Evo Morales.
Kebijakan itu konsisten hingga Pemerintahan Evo Morales berkuasa sejak 2006. Pada 2012, Evo juga melarang peredaran CocaCola di negaranya. Bersamaan dengan itu, pemerintah melegalkan konsumsi daun coca yang mengandung kokain.